POLA 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pola 17 plus mencangkup banyak jenis layanan. Dalam bimbingan dan konseling  seorang konselor harus memahami tentang pola 17 plus beserta isinya.

Pola 17 plus mempunyai banyak layanan. lebih-lebih untuk seorang konselor yang notabene adalah seorang profesionalisme di bidang pengarahan dan pengembangan kualitas individu sesuai visi dan misi Bimbingan dan Konseling.

Hal ini lah yang mendorong kami untuk mempresentasikan dan menghadirkan pola 17 plus karena konselor perlu memahami pola 17 plus bimbingan dan konseling sekaligus menjabarkan beberapa aspek tambahan mengenai bimbingan dan konseling.

Semoga apa yang telah kami hadirkan ini dapat bermanfaat bagi khalayak mahasiswa dan umum sebagai bahan dasar pengetahuan tentang pola 17 plus bimbingan dan konseling yang baik dan benar.

1.2  Rumusan Masalah

  1. Bagaimana sejarah pola 17 plus?
  2. Apa saja pengetehuan dan wawasan Bimbingan dan Konseling?
  3. Apa sajakah bidang Bimbingan?
  4. Bagaimana layanan Bimbingan dan Konseling?
  5. Apa saja kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling?

1.3  Tujuan

Dalam makalah ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut apa itu pola 17 plus secara lebih lanjut, pentingnya pola 17 plus menurut beberapa sisi yang diharapkan dapat mempermudah dalam proses pemahaman mahasiswa tentang pola 17 plus itu sendiri.

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. A.    LAHIRNYA BK POLA 17 PLUS

            Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) memperoleh perbendaharaan istilah baru yaitu BK Pola-17. Hal ini memberi  warna tersendiri bagi arah bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung BK di  jajaran pendidikan dasar dan menengah. Pada Abad ke-21, BK Pola 17 itu  berkembang menjadi BK Pola-17 Plus. Kegiatan BK ini mengacu pada sasaran  pelayanan yang lebih luas, diantaranya mencakup semua masyarakat.

            Layanan konsultasi merupakan salah satu jenis layanan dari BK Pola-17  Plus. Layanan konsultasi dan layanan mediasi merupakan layanan hasil  pengembangan dari BK Pola 17 Plus. Dengan adanya pengembangan layanan ini, maka layanan konsultasi dan layanan mediasi secara otomatis menjadi bidang tugas konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling, khususnya pelayanan BK di sekolah.

Pola dasar dalam bimbingan dan konseling yang saat ini dilaksanakan di lingkungan pendidikan tingkat  SLTP dan SLTA  digambarkan dalam matriks berikut:

POLA UMUM 17 PLUS

 

 

 

B.PENGETAHUAN DAN WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengetahuan Wawasan Bimbingan dan Konseling yang harus dimiliki oleh seorang konselor yaitu mengenai konsep dasar, fungsi, landasan, asas, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.

a.  Konsep Dasar bimbingan dan konseling

Dalam konsep dasar seorang konselor perlu memahami dan mendalami tentang:

1)   perubahan dan perkembangan masyarakat;

2)   modernisasi,

3)   era glogalisasi dan informasi,

4)   dampak modernisasi, globalisasi dan informasi,

5)   derajat manusia di antara sekian makhluk,

6)   dimensi kemanusiaan (individualitas, sosialitas, moralitas, dan religiusitas),

7)   Manusia seutuhnya,

8)   sumber masalah,

9)   peranan pendidikan,

10) peranan bimbingan dan konseling, dan

11) peraturan perundang-undangan sistem pendidikan nasional.

b.  Fungsi bimbingan dan konseling

Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling ada beberapa fungsi pokok diantaranya adalah:

1)   Fungsi Pemahaman,

2)   Fungsi Pencegahan,

3)   Fungsi Pengentasan,

4)   Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan.

c.  Landasan bimbingan dan konseling

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa landasan, yang dimaksud dengan landasan tersebut adalah:

1.    Landasan Filosofi, pemikiran filosofis yang menitik beratkan pada pemahaman tentang hakekat manusia.  Pada landasan ini menuntut konselor bekerja secara cermat, tepat dan bijaksana karena berhubungan dengan manusia. Hakekat manusia dilihat dari beberapa dimensi memiliki empat dimensi yaitu

1)    Dimensi keindividualan,

2)    Dimensi kesosialan,

3)    Dimensi kesusilaan dan

4)    Dimensi keberagamaan.

       Selain itu hakekat manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki tujuan mengemban tugas dalam kehidupan yang berkaitan dengan kehidupan beragama, bekerja, berkeluarga, dan bermasyarakat.

2.    Landasan Religius, pemikiran religius menitik beratkan pada pemahaman tentang  keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta terhadap makhluk Tuhan. Sikap yang mendorong perkembangan dan peri kehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah agama. Upaya konselor pada landasan ini menuntut suasana dan perangkat budaya dan kemasyarakatan sesuai dengan kehidupan beragama dalam membantu dan memecahkan masalah individu. Konselor bekerja harus benar-benar bijaksana dalam memilih dan menerapkan unsur-unsur agama dalam konseling.

3.    Landasan Psikologis, pemikiran psikologis menitik beratkan pada pemahaman tentang tingkah laku klien. Upaya konselor pada landasan ini menuntut bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku perlu diubah, dikembangkan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi atau tujuan yang akan dicapai dengan pemahaman bahwa pemahaman tingkah laku yang jadi sasaran pelayanan memiliki latar belakang dan masa depan yang berbeda. Konselor bekerja harus benar-benar bijaksana dalam memahami tingkah laku individu, motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan serta kepribadiannya.

4.    Landasan Sosial Budaya, penyelengaraan bimbingan dan konseling harus dapat dilandasi oleh pertimbangan keanekaragaman sosial budaya dan hidup dalam masyarakat di samping akan dinamika sosial budaya menuju masyarakat lebih maju. Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat manusia indonesia yang harus berakar pada budaya bangsa sendiri. Perbedaan latar belakang sosial budaya yang beraneka pada konseli menjadi tanggung jawab konselor agar tidak disamaratakan dalam usaha membantu memecahkan persoalan klien.

5.    Landasan Ilmiah dan Teknologi, Landasan ilmiah dan teknologi membicarakan tentang sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai ilmu yang multidimensional yang menerima sumbangan besar dari ilmu-ilmu lain dan bidang teknologi. Sehingga bimbingan dan konseling diharap akan semakin kokoh dan selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang lajunya semakin pesat.

6)   Landasan Paedagogis, dalam landasan paedagogis dikemukakan bahwa tujuan pendidikan dan tujuan bimbingan dan konseling memang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk pendidikan sehingga tujuan bimbingan dan konseling memperkuat tujuan pendidikan dan menunjang program pendidikan secara menyeluruh.

d. Asas bimbingan dan konseling

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa asas diantaranya:

1)   Asas Kerahasiaan,

2)   Asas Kesukarelaan,

3)   Asas Keterbukaan,

4)   Asas Kekinian,

5)   Asas Kemandirian,

6)   Asas Kegiatan,

7)   Asas Kedinamisan,

8)   Asas Keterpaduan,

9)   Asas Kenormatifan,

10) Asas Keahlian,

11) Asas Alih Tangan, dan

12) Asas Tutwuri Handayani.

e.  Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

Prinsip-prinsip dalam bimbingan dan konseling ada empat hal yang menjadi perhatian yaitu

1)   Prinsip-prinsi berkenaan dengan sasaran pelayanan,

2)   Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu,

3)   Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelayanan dan

4)   Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan.

 

  1. C.    BIDANG BIMBINGAN
  2. 1.      Bidang Kehidupan Pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara  realistik.

Contoh: Pengetrapan tentang pemahaman kekuatan diri konseli dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, dalam kehidupan sehari-hari untuk di masa depan konseli.

  1. 2.      Bidang Kehidupan Sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

Contoh: Pengetrapan tentang kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, dengan menjunjung tinggi tata krama, adat istiadat, hukum, ilmu dan norma  kebiasaan yang berlaku.

  1. 3.      Bidang Kegiatan Belajar yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.

Contoh:  Pengetrapan tentang sikap, kebiasaan belajar yang efektif, efesien. Semangat serta produktif mencari informasi sumber belajar, sikap pada guru, mengembangkan keterampilan belajar, tertib mengerjakan tugas-tugas pelajaran.

  1. 4.      Bidang Perencanaan, pelaksanaan dan pemantapan Karir yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

Contoh: Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebagai wawasan mengembangkan karir dimasa yang akan datang.

  1. 5.      Bidang Kehidupan Berkeluarga yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam merencanakan kehidupan keluarga, dan keragaman persoalan persiapan membentu keluarga.

Contoh: Membantu individu dapat mengambil keputusan berkenaan dengan perencanaan perkawinan dan/atau kehidupan keluarga yang sudah dijalaninya

  1. 6.      Bidang Kehidupan Keberagamaan yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik untuk mementapkan diri dalam memahami dan melaksanakan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan pribadi dan sosial.

Contoh: Membantu individu memantapkan dan memaksimalkan berkenaan dengan kehidupan keberagamaan sesuai agama yang dianutnya.

 

  1. D.    LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

 

a. layanan orientasi

Layanan Orientasi ditujukan untuk semua siswa baru dan untuk pihak-pihak lain guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan  sekolah yang baru dimasuki siswa. Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi adalah dipermudahnya penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Fungsi utama layanan orientasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.

b. Layanan Informasi

Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dan mengambil keputusan. Fungsi utama layanan informasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.

  1. c.  Layanan Penempatan/Penyaluran

Kemampuan, bakat, dan minat bila tidak disalurkan secara tepat dapat mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak dapat berkembang secara optimal. Layanan penempatan dan penyaluran memungkinkan siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan/karier, kegiatan ekstra kurikuler, program latihan dan pendidikan yang lebih tinggi sesuai kondisi fisik dan psikisnya. Fungsi utama layanan penempatan dan penyaluran ialah fungsi pencegahan dan pemeliharaan.

d. Penguasaan Konten

     Yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan  yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

  1. e.  Layanan Konseling Perorangan

Tujuan dan fungsi layanan konseling perorangan dimaksudkan untuk memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung, tatap muka dengan konselor sekolah dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling perorangan ialah fungsi pengentasan.

  1. f.   Layanan Bimbingan Kelompok

Tujuan dan fungsi layanan konseling kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari konselor sekolah sebagai narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Layanan bimbingan kelompok, siswa diajak bersama-sama mengemukakan pendapat tentang topik-topik yang dibicarakan dan mengembangkan bersama permasalah yang dibicarakan pada kelompok. Sehingga terjadi komunikasi antara individu di kelompoknya kemudian siswa dapat mengembangkan sikap dan tindakan yang diinginkan dapat terungkap di kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan bimbingan kelompok ialah fungsi pemahaman dan pengembangan.

g. Layanan Konseling Kelompok

   Tujuan dan fungsi layanan konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling kelompok ialah fungsi pengentasan.

  1. h.      layanan konsultasi;

Layanan konsultasi adalah bantuan dari konselor ke klien dimana konselor sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, membahas tentang masalah pihak ketiga. Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang merasa dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orangtuanya. Bantuan yang diberikan untuk memandirikan konsulti sehingga ia mampu mengahdapi pihak ketiga yang dipermasalahkannya. Jika konselor tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi oleh konsulti maka direferalkan kepada pihak lain yang lebih pakar.

Layanan konsultasi bisa berubah menjadi konseling perorangan jika permasalahan ternyata disebabkan oleh konsulti, dan konseling keluarga karena berkaitan dengan pihak keluarga

  1. i.        Layanan mediasi

Pengertian dan konsep dasar, Mediasi berasal dari kata “media” yang artinya perantara atau penghubung. Layanan mediasi adalah layanan yang dilaksanakan oleh konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang mengalami keadaan tidak harmonis (tidak cocok).

Tujuan umum: tercapainya kondisi hubungan yang positif dan kondusif diantara para klien, yaitu pihak-pihak yang berselisih.

Tujuan khusus: difokuskan kepada perubahan atau kondisi awal menjadi kondisi baru dalam hubungan antara pihak-pihak yang bermasalah.

 

E.KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING

 

1. Aplikasi Instrumentasi

Tujuan dan Fungsi aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling bermaksud mengumpulkan data dan keterangan peserta didik baik secara individual maupun kelompok, keterangan tentang lingkungan yang termasuk di dalamnya informasi pendidikan dan jabatan.. Pengumpulan data dan keterangan ini dilakukan dengan berbagai instrumen baik tes maupun non-tes. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan penunjang aplikasi instrumenasi ialah fungsi pemahaman.

2. Himpunan Data

Tujuan dan fungsi himpunan data bimbingan dan konseling bermaksud menghimpun seluruh data dan keterangan peserta yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa dalam berbagai aspeknya. Data yang terhimpun merupakan hasil dari upaya aplikasi instrumentasi dan apa yang menjadi isi himpunan data dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan himpunan data ialah fungsi pemahaman.

   Materi umum himpunan data meliputi pokok-pokok data/keterangan tentang berbagai hal sebagaimana menjadi isi dari aplikasi instrumentasi tersebut juga memuat berbagai karya tulis, atau rekaman kemampuan siswa, catatan anekdot, laporan khusus dan informasi pendidikan dan jabatan.

3. Konferensi Kasus

Tujuan dan fungsi konferensi kasus bimbingan dan konseling secara spesifik dibahas permasalahan yang menyangkut siswa tertentu dalam forum diskusi yang dihadiri oleh pihak terkait seperti (konselor sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah dan tenaga ahli lainnya) dan diharap dapat memberikan data keterangan lebih lajut serta kemudahan-kemudahan bagi terentaskannya permasalahan siswa. Konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup, konferensi kasus juga bermaksud upaya pengentasan  masalah. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh penyelenggaraan konferensi kasus ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.

Materi konferensi kasus dalam bidang bimbingan adalah membicarakan segenap aspek permasalahan baik menyangkut aspek-aspek pribadi dan pengembangannya, aspek-aspek hubungan sosial, aspek-aspek pembelajaran dan aspek-aspek pilihan serta pengembangan karier. Meski demikian tidak setiap konferensi kasus dikaji kesemua bidang bimbingan. Tetapi bergantung dari cakupan masalah siswa yang diajukan dalam konferensi kasus.

Penyelenggaraan konferensi kasus dilaksanakan hanya untuk penanganan suatu masalah siswa yang diperlukan tambahan masukan dari berbagai pihak tertentu yang diyakini dapat membantu penanganan masalah siswa seperti orang tua murid, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah dan pihak-pihak lain yang bersangkutan. Penyelenggaraan konferensi kasus harus dibicarakan dahulu dan mendapat persetujuan dari siswa yang bermasalah. Sehingga penyelenggaraan konferensi kasus seluruh pembicaraan melaksanakan asas kerahasiaan. Seluruh peserta harus diyakini dan memiliki sikap yang teguh untuk merahasiakan segenap aspek yang dibicarakan. Hasil penyelenggaraan konferensi kasus diintegrasikan kedalam himpunan data pribadi siswa.

4. Kunjungan Rumah

Tujuan kunjungan rumah dalam bimbingan dan konseling mempunyai tujuan pertama untuk memperoleh berbagai keterangan/data yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa. Kedua untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan siswa. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kunjungan rumah ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.

Materi kunjungan rumah akan diperolehnya berbagai data dan keterangan  tentang berbagai kemungkinan permasalahan siswa. Data/keterangan ini meliputi

a.    kondisi rumah tangga dan orang tua

b.    fasilitas belajar yang ada di rumah

c.    hubungan antara anggota

d.   sikap dan kebiasaan siswa dirumah

e.    berbagai pendapat orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan anak dan pengentasan masalah siswa

f.    komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan siswa dan pengentasan masalah siswa

Materi kunjungan rumah dalam bidang-bidang bimbingan bahwa semua data/ keterangan hendak diperoleh dan komitmen keluarga yang hendak dibina melalui kunjungan rumah menyangkut seluruh bidang bimbingan dan konseling yaitu bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier.

Penyelenggaraan kunjungan rumah seperti konferensi kasus, tidak semua masalah siswa memerlukan kunjungan rumah. Hanya masalah-masalah yang memerlukan kunjungan rumah. Maka untuk pembimbing perlu persiapan berupa:

a.    pembicaraan dengan siswa ybs tentang rencana kunjungan rumah

b.    rencana yang matang mencakup waktu kunjungan, hal yang akan dibicarakan, hal yang akan diobservasi komitmen akan dimintakan pada orang tua

c.    pemberitahuan kepada orang tua yang akan dikunjungi

   Dalam keadaan tertentu kunjungan rumah dapat diganti dengan pemanggilan orang tua ke sekolah. Persiapan dan prosedur pemanggilan data dasarnya sejalan dengan persiapan dan prosedur kunjungan rumah.

5. Alih Tangan Kasus

Tujuan dan fungsi alih tangan kasus diartikan bahwa wali kelas, guru mata pelajaran, staf sekolah, atau orang tua mengalih tangankan siswa kepada konselor sekolah. Sebaliknya  konselor sekolah menemukan siswa yang bermasalah dalam bidang pemahaman/penguasaan materi pelajaran/latihan secara khusus dapat mengalihtangankan siswa kepada guru mata pelajaran, untuk mendapatkan perbaikan atau program pengayaan. Dapat pula konselor sekolah mengalih tangankan ke ahli lain yang relevan seperti dokter, psikiater, ahli hukum, ahli agama dan lainnya. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh alih tangan kasus ialah fungsi pengentasan.

Materi alih tangan kasus pada pokok kasus yang dialihtangankan adalah keseluruhan kasus yang dialih tangankan. Secara khusus materi yang alih tangan ialah bagian permasalahan yang belum tuntas ditangani konselor sekolah dan materi itu di luar bidang keahlian ataupun kewenangan konselor sekolah. Materi alih tangan kasus dalam bidang-bidang bimbingan mencakup segenap bidang bimbingan; bidang bimbingan bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier. Dalam alih tangan kasus perlu mempertimbangkan terlebih dahulu kecocokan antara inti materi permasalahan yang dialihtangankan itu dengan bidang keahlian tempat alih tangan yang dimaksud

Penyelenggaraan alih tangan kasus hanya dilakukan apabila konselor sekolah menjumpai kenyataan bahwa sebagian atau keseluruhan inti permasalahan siswa berada di luar kemampuan/kewenangan konselor sekolah. Dengan demikian tidak semua masalah memerlukan alih tangan kasus.

  1. Tampilan Kepustakaan

Tampilan kepustakaan berupa bantuan layanan untuk memperkaya dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami  klien. Layanan ini memandirikan klien untuk mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-bahan yang ada di pustaka sesuai dengan kebutuhan.

Tujuan tampilan kepustakaan:

  1. Melengkapi subtansi layanan berupa bahan-bahan tertulis dan rekaman yang ada dalam layanan tampilan kepustakaan.
  2. Mendorong klien memanfaatkan data  yang ada untuk mengentaskan  masalah

 


 

BABB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Program bimbingan dan konseling di sekolah disusun dan diselenggarakan atas dasar kerangka berpikir dan pola dasar pelaksanaan tertentu. Secara teoritis ada berbagai model bimbingan, mulai dari model Frank Parson sampai model Menacker. Ada juga model yang mengacu kepada pola dasar generalis, spesialis, kurikuler dan hubungan manusia dan kesehatan mental.

Pola dasar bimbingan dan konseling yang diterapkan di sekolah-sekolah dewasa ini adalah Pola Umum 17 Plus. Pola ini meliputi empat aspek yaitu:

(1)  aspek pengetahuan wawasan bimbingan dan konseling  meliputi: konsep dasar, fungsi, landasan, asas dan prinsip bimbingan dan konseling;

(2)  aspek bidang bimbingan yakni: bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar  karier, kehidupan keluarga dan kehidupan keberagamaan.

(3) aspek layanan meliputi: layanan informasi, orientasi, penempatan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan mediasi

(4) kegiatan pendukung yaitu: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah , alih tangan kasus dan tampilan kepustakaan.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Mugiarso, Heru,dkk.2010.BIMBINGAN DAN KONSELING.Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang

 

SUMBER DARI INTERNET

http://nurbowobksmp15yogya.wordpress.com/pola-17-plus-bimbingan-dan-konseling/

POLA 17 PLUS | »Sefrian’s Blog™ http://sefrian92.blogspot.com/2011/02/pola-17-plus.html#ixzz29dYLyRnD

 

POLA 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pola 17 plus mencangkup banyak jenis layanan. Dalam bimbingan dan konseling  seorang konselor harus memahami tentang pola 17 plus beserta isinya.

Pola 17 plus mempunyai banyak layanan. lebih-lebih untuk seorang konselor yang notabene adalah seorang profesionalisme di bidang pengarahan dan pengembangan kualitas individu sesuai visi dan misi Bimbingan dan Konseling.

Hal ini lah yang mendorong kami untuk mempresentasikan dan menghadirkan pola 17 plus karena konselor perlu memahami pola 17 plus bimbingan dan konseling sekaligus menjabarkan beberapa aspek tambahan mengenai bimbingan dan konseling.

Semoga apa yang telah kami hadirkan ini dapat bermanfaat bagi khalayak mahasiswa dan umum sebagai bahan dasar pengetahuan tentang pola 17 plus bimbingan dan konseling yang baik dan benar.

1.2  Rumusan Masalah

  1. Bagaimana sejarah pola 17 plus?
  2. Apa saja pengetehuan dan wawasan Bimbingan dan Konseling?
  3. Apa sajakah bidang Bimbingan?
  4. Bagaimana layanan Bimbingan dan Konseling?
  5. Apa saja kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling?

1.3  Tujuan

Dalam makalah ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut apa itu pola 17 plus secara lebih lanjut, pentingnya pola 17 plus menurut beberapa sisi yang diharapkan dapat mempermudah dalam proses pemahaman mahasiswa tentang pola 17 plus itu sendiri.

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. A.    LAHIRNYA BK POLA 17 PLUS

            Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) memperoleh perbendaharaan istilah baru yaitu BK Pola-17. Hal ini memberi  warna tersendiri bagi arah bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung BK di  jajaran pendidikan dasar dan menengah. Pada Abad ke-21, BK Pola 17 itu  berkembang menjadi BK Pola-17 Plus. Kegiatan BK ini mengacu pada sasaran  pelayanan yang lebih luas, diantaranya mencakup semua masyarakat.

            Layanan konsultasi merupakan salah satu jenis layanan dari BK Pola-17  Plus. Layanan konsultasi dan layanan mediasi merupakan layanan hasil  pengembangan dari BK Pola 17 Plus. Dengan adanya pengembangan layanan ini, maka layanan konsultasi dan layanan mediasi secara otomatis menjadi bidang tugas konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling, khususnya pelayanan BK di sekolah.

Pola dasar dalam bimbingan dan konseling yang saat ini dilaksanakan di lingkungan pendidikan tingkat  SLTP dan SLTA  digambarkan dalam matriks berikut:

POLA UMUM 17 PLUS

 

 

 

B.PENGETAHUAN DAN WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengetahuan Wawasan Bimbingan dan Konseling yang harus dimiliki oleh seorang konselor yaitu mengenai konsep dasar, fungsi, landasan, asas, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.

a.  Konsep Dasar bimbingan dan konseling

Dalam konsep dasar seorang konselor perlu memahami dan mendalami tentang:

1)   perubahan dan perkembangan masyarakat;

2)   modernisasi,

3)   era glogalisasi dan informasi,

4)   dampak modernisasi, globalisasi dan informasi,

5)   derajat manusia di antara sekian makhluk,

6)   dimensi kemanusiaan (individualitas, sosialitas, moralitas, dan religiusitas),

7)   Manusia seutuhnya,

8)   sumber masalah,

9)   peranan pendidikan,

10) peranan bimbingan dan konseling, dan

11) peraturan perundang-undangan sistem pendidikan nasional.

b.  Fungsi bimbingan dan konseling

Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling ada beberapa fungsi pokok diantaranya adalah:

1)   Fungsi Pemahaman,

2)   Fungsi Pencegahan,

3)   Fungsi Pengentasan,

4)   Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan.

c.  Landasan bimbingan dan konseling

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa landasan, yang dimaksud dengan landasan tersebut adalah:

1.    Landasan Filosofi, pemikiran filosofis yang menitik beratkan pada pemahaman tentang hakekat manusia.  Pada landasan ini menuntut konselor bekerja secara cermat, tepat dan bijaksana karena berhubungan dengan manusia. Hakekat manusia dilihat dari beberapa dimensi memiliki empat dimensi yaitu

1)    Dimensi keindividualan,

2)    Dimensi kesosialan,

3)    Dimensi kesusilaan dan

4)    Dimensi keberagamaan.

       Selain itu hakekat manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki tujuan mengemban tugas dalam kehidupan yang berkaitan dengan kehidupan beragama, bekerja, berkeluarga, dan bermasyarakat.

2.    Landasan Religius, pemikiran religius menitik beratkan pada pemahaman tentang  keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta terhadap makhluk Tuhan. Sikap yang mendorong perkembangan dan peri kehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah agama. Upaya konselor pada landasan ini menuntut suasana dan perangkat budaya dan kemasyarakatan sesuai dengan kehidupan beragama dalam membantu dan memecahkan masalah individu. Konselor bekerja harus benar-benar bijaksana dalam memilih dan menerapkan unsur-unsur agama dalam konseling.

3.    Landasan Psikologis, pemikiran psikologis menitik beratkan pada pemahaman tentang tingkah laku klien. Upaya konselor pada landasan ini menuntut bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku perlu diubah, dikembangkan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi atau tujuan yang akan dicapai dengan pemahaman bahwa pemahaman tingkah laku yang jadi sasaran pelayanan memiliki latar belakang dan masa depan yang berbeda. Konselor bekerja harus benar-benar bijaksana dalam memahami tingkah laku individu, motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan serta kepribadiannya.

4.    Landasan Sosial Budaya, penyelengaraan bimbingan dan konseling harus dapat dilandasi oleh pertimbangan keanekaragaman sosial budaya dan hidup dalam masyarakat di samping akan dinamika sosial budaya menuju masyarakat lebih maju. Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat manusia indonesia yang harus berakar pada budaya bangsa sendiri. Perbedaan latar belakang sosial budaya yang beraneka pada konseli menjadi tanggung jawab konselor agar tidak disamaratakan dalam usaha membantu memecahkan persoalan klien.

5.    Landasan Ilmiah dan Teknologi, Landasan ilmiah dan teknologi membicarakan tentang sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai ilmu yang multidimensional yang menerima sumbangan besar dari ilmu-ilmu lain dan bidang teknologi. Sehingga bimbingan dan konseling diharap akan semakin kokoh dan selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang lajunya semakin pesat.

6)   Landasan Paedagogis, dalam landasan paedagogis dikemukakan bahwa tujuan pendidikan dan tujuan bimbingan dan konseling memang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk pendidikan sehingga tujuan bimbingan dan konseling memperkuat tujuan pendidikan dan menunjang program pendidikan secara menyeluruh.

d. Asas bimbingan dan konseling

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa asas diantaranya:

1)   Asas Kerahasiaan,

2)   Asas Kesukarelaan,

3)   Asas Keterbukaan,

4)   Asas Kekinian,

5)   Asas Kemandirian,

6)   Asas Kegiatan,

7)   Asas Kedinamisan,

8)   Asas Keterpaduan,

9)   Asas Kenormatifan,

10) Asas Keahlian,

11) Asas Alih Tangan, dan

12) Asas Tutwuri Handayani.

e.  Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

Prinsip-prinsip dalam bimbingan dan konseling ada empat hal yang menjadi perhatian yaitu

1)   Prinsip-prinsi berkenaan dengan sasaran pelayanan,

2)   Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu,

3)   Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelayanan dan

4)   Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan.

 

  1. C.    BIDANG BIMBINGAN
  2. 1.      Bidang Kehidupan Pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara  realistik.

Contoh: Pengetrapan tentang pemahaman kekuatan diri konseli dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, dalam kehidupan sehari-hari untuk di masa depan konseli.

  1. 2.      Bidang Kehidupan Sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

Contoh: Pengetrapan tentang kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, dengan menjunjung tinggi tata krama, adat istiadat, hukum, ilmu dan norma  kebiasaan yang berlaku.

  1. 3.      Bidang Kegiatan Belajar yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.

Contoh:  Pengetrapan tentang sikap, kebiasaan belajar yang efektif, efesien. Semangat serta produktif mencari informasi sumber belajar, sikap pada guru, mengembangkan keterampilan belajar, tertib mengerjakan tugas-tugas pelajaran.

  1. 4.      Bidang Perencanaan, pelaksanaan dan pemantapan Karir yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

Contoh: Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebagai wawasan mengembangkan karir dimasa yang akan datang.

  1. 5.      Bidang Kehidupan Berkeluarga yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam merencanakan kehidupan keluarga, dan keragaman persoalan persiapan membentu keluarga.

Contoh: Membantu individu dapat mengambil keputusan berkenaan dengan perencanaan perkawinan dan/atau kehidupan keluarga yang sudah dijalaninya

  1. 6.      Bidang Kehidupan Keberagamaan yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik untuk mementapkan diri dalam memahami dan melaksanakan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan pribadi dan sosial.

Contoh: Membantu individu memantapkan dan memaksimalkan berkenaan dengan kehidupan keberagamaan sesuai agama yang dianutnya.

 

  1. D.    LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

 

a. layanan orientasi

Layanan Orientasi ditujukan untuk semua siswa baru dan untuk pihak-pihak lain guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan  sekolah yang baru dimasuki siswa. Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi adalah dipermudahnya penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Fungsi utama layanan orientasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.

b. Layanan Informasi

Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dan mengambil keputusan. Fungsi utama layanan informasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.

  1. c.  Layanan Penempatan/Penyaluran

Kemampuan, bakat, dan minat bila tidak disalurkan secara tepat dapat mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak dapat berkembang secara optimal. Layanan penempatan dan penyaluran memungkinkan siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan/karier, kegiatan ekstra kurikuler, program latihan dan pendidikan yang lebih tinggi sesuai kondisi fisik dan psikisnya. Fungsi utama layanan penempatan dan penyaluran ialah fungsi pencegahan dan pemeliharaan.

d. Penguasaan Konten

     Yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan  yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

  1. e.  Layanan Konseling Perorangan

Tujuan dan fungsi layanan konseling perorangan dimaksudkan untuk memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung, tatap muka dengan konselor sekolah dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling perorangan ialah fungsi pengentasan.

  1. f.   Layanan Bimbingan Kelompok

Tujuan dan fungsi layanan konseling kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari konselor sekolah sebagai narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Layanan bimbingan kelompok, siswa diajak bersama-sama mengemukakan pendapat tentang topik-topik yang dibicarakan dan mengembangkan bersama permasalah yang dibicarakan pada kelompok. Sehingga terjadi komunikasi antara individu di kelompoknya kemudian siswa dapat mengembangkan sikap dan tindakan yang diinginkan dapat terungkap di kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan bimbingan kelompok ialah fungsi pemahaman dan pengembangan.

g. Layanan Konseling Kelompok

   Tujuan dan fungsi layanan konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling kelompok ialah fungsi pengentasan.

  1. h.      layanan konsultasi;

Layanan konsultasi adalah bantuan dari konselor ke klien dimana konselor sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, membahas tentang masalah pihak ketiga. Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang merasa dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orangtuanya. Bantuan yang diberikan untuk memandirikan konsulti sehingga ia mampu mengahdapi pihak ketiga yang dipermasalahkannya. Jika konselor tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi oleh konsulti maka direferalkan kepada pihak lain yang lebih pakar.

Layanan konsultasi bisa berubah menjadi konseling perorangan jika permasalahan ternyata disebabkan oleh konsulti, dan konseling keluarga karena berkaitan dengan pihak keluarga

  1. i.        Layanan mediasi

Pengertian dan konsep dasar, Mediasi berasal dari kata “media” yang artinya perantara atau penghubung. Layanan mediasi adalah layanan yang dilaksanakan oleh konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang mengalami keadaan tidak harmonis (tidak cocok).

Tujuan umum: tercapainya kondisi hubungan yang positif dan kondusif diantara para klien, yaitu pihak-pihak yang berselisih.

Tujuan khusus: difokuskan kepada perubahan atau kondisi awal menjadi kondisi baru dalam hubungan antara pihak-pihak yang bermasalah.

 

E.KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING

 

1. Aplikasi Instrumentasi

Tujuan dan Fungsi aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling bermaksud mengumpulkan data dan keterangan peserta didik baik secara individual maupun kelompok, keterangan tentang lingkungan yang termasuk di dalamnya informasi pendidikan dan jabatan.. Pengumpulan data dan keterangan ini dilakukan dengan berbagai instrumen baik tes maupun non-tes. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan penunjang aplikasi instrumenasi ialah fungsi pemahaman.

2. Himpunan Data

Tujuan dan fungsi himpunan data bimbingan dan konseling bermaksud menghimpun seluruh data dan keterangan peserta yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa dalam berbagai aspeknya. Data yang terhimpun merupakan hasil dari upaya aplikasi instrumentasi dan apa yang menjadi isi himpunan data dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan himpunan data ialah fungsi pemahaman.

   Materi umum himpunan data meliputi pokok-pokok data/keterangan tentang berbagai hal sebagaimana menjadi isi dari aplikasi instrumentasi tersebut juga memuat berbagai karya tulis, atau rekaman kemampuan siswa, catatan anekdot, laporan khusus dan informasi pendidikan dan jabatan.

3. Konferensi Kasus

Tujuan dan fungsi konferensi kasus bimbingan dan konseling secara spesifik dibahas permasalahan yang menyangkut siswa tertentu dalam forum diskusi yang dihadiri oleh pihak terkait seperti (konselor sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah dan tenaga ahli lainnya) dan diharap dapat memberikan data keterangan lebih lajut serta kemudahan-kemudahan bagi terentaskannya permasalahan siswa. Konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup, konferensi kasus juga bermaksud upaya pengentasan  masalah. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh penyelenggaraan konferensi kasus ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.

Materi konferensi kasus dalam bidang bimbingan adalah membicarakan segenap aspek permasalahan baik menyangkut aspek-aspek pribadi dan pengembangannya, aspek-aspek hubungan sosial, aspek-aspek pembelajaran dan aspek-aspek pilihan serta pengembangan karier. Meski demikian tidak setiap konferensi kasus dikaji kesemua bidang bimbingan. Tetapi bergantung dari cakupan masalah siswa yang diajukan dalam konferensi kasus.

Penyelenggaraan konferensi kasus dilaksanakan hanya untuk penanganan suatu masalah siswa yang diperlukan tambahan masukan dari berbagai pihak tertentu yang diyakini dapat membantu penanganan masalah siswa seperti orang tua murid, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah dan pihak-pihak lain yang bersangkutan. Penyelenggaraan konferensi kasus harus dibicarakan dahulu dan mendapat persetujuan dari siswa yang bermasalah. Sehingga penyelenggaraan konferensi kasus seluruh pembicaraan melaksanakan asas kerahasiaan. Seluruh peserta harus diyakini dan memiliki sikap yang teguh untuk merahasiakan segenap aspek yang dibicarakan. Hasil penyelenggaraan konferensi kasus diintegrasikan kedalam himpunan data pribadi siswa.

4. Kunjungan Rumah

Tujuan kunjungan rumah dalam bimbingan dan konseling mempunyai tujuan pertama untuk memperoleh berbagai keterangan/data yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa. Kedua untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan siswa. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kunjungan rumah ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.

Materi kunjungan rumah akan diperolehnya berbagai data dan keterangan  tentang berbagai kemungkinan permasalahan siswa. Data/keterangan ini meliputi

a.    kondisi rumah tangga dan orang tua

b.    fasilitas belajar yang ada di rumah

c.    hubungan antara anggota

d.   sikap dan kebiasaan siswa dirumah

e.    berbagai pendapat orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan anak dan pengentasan masalah siswa

f.    komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan siswa dan pengentasan masalah siswa

Materi kunjungan rumah dalam bidang-bidang bimbingan bahwa semua data/ keterangan hendak diperoleh dan komitmen keluarga yang hendak dibina melalui kunjungan rumah menyangkut seluruh bidang bimbingan dan konseling yaitu bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier.

Penyelenggaraan kunjungan rumah seperti konferensi kasus, tidak semua masalah siswa memerlukan kunjungan rumah. Hanya masalah-masalah yang memerlukan kunjungan rumah. Maka untuk pembimbing perlu persiapan berupa:

a.    pembicaraan dengan siswa ybs tentang rencana kunjungan rumah

b.    rencana yang matang mencakup waktu kunjungan, hal yang akan dibicarakan, hal yang akan diobservasi komitmen akan dimintakan pada orang tua

c.    pemberitahuan kepada orang tua yang akan dikunjungi

   Dalam keadaan tertentu kunjungan rumah dapat diganti dengan pemanggilan orang tua ke sekolah. Persiapan dan prosedur pemanggilan data dasarnya sejalan dengan persiapan dan prosedur kunjungan rumah.

5. Alih Tangan Kasus

Tujuan dan fungsi alih tangan kasus diartikan bahwa wali kelas, guru mata pelajaran, staf sekolah, atau orang tua mengalih tangankan siswa kepada konselor sekolah. Sebaliknya  konselor sekolah menemukan siswa yang bermasalah dalam bidang pemahaman/penguasaan materi pelajaran/latihan secara khusus dapat mengalihtangankan siswa kepada guru mata pelajaran, untuk mendapatkan perbaikan atau program pengayaan. Dapat pula konselor sekolah mengalih tangankan ke ahli lain yang relevan seperti dokter, psikiater, ahli hukum, ahli agama dan lainnya. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh alih tangan kasus ialah fungsi pengentasan.

Materi alih tangan kasus pada pokok kasus yang dialihtangankan adalah keseluruhan kasus yang dialih tangankan. Secara khusus materi yang alih tangan ialah bagian permasalahan yang belum tuntas ditangani konselor sekolah dan materi itu di luar bidang keahlian ataupun kewenangan konselor sekolah. Materi alih tangan kasus dalam bidang-bidang bimbingan mencakup segenap bidang bimbingan; bidang bimbingan bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier. Dalam alih tangan kasus perlu mempertimbangkan terlebih dahulu kecocokan antara inti materi permasalahan yang dialihtangankan itu dengan bidang keahlian tempat alih tangan yang dimaksud

Penyelenggaraan alih tangan kasus hanya dilakukan apabila konselor sekolah menjumpai kenyataan bahwa sebagian atau keseluruhan inti permasalahan siswa berada di luar kemampuan/kewenangan konselor sekolah. Dengan demikian tidak semua masalah memerlukan alih tangan kasus.

  1. Tampilan Kepustakaan

Tampilan kepustakaan berupa bantuan layanan untuk memperkaya dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami  klien. Layanan ini memandirikan klien untuk mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-bahan yang ada di pustaka sesuai dengan kebutuhan.

Tujuan tampilan kepustakaan:

  1. Melengkapi subtansi layanan berupa bahan-bahan tertulis dan rekaman yang ada dalam layanan tampilan kepustakaan.
  2. Mendorong klien memanfaatkan data  yang ada untuk mengentaskan  masalah

 


 

BABB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Program bimbingan dan konseling di sekolah disusun dan diselenggarakan atas dasar kerangka berpikir dan pola dasar pelaksanaan tertentu. Secara teoritis ada berbagai model bimbingan, mulai dari model Frank Parson sampai model Menacker. Ada juga model yang mengacu kepada pola dasar generalis, spesialis, kurikuler dan hubungan manusia dan kesehatan mental.

Pola dasar bimbingan dan konseling yang diterapkan di sekolah-sekolah dewasa ini adalah Pola Umum 17 Plus. Pola ini meliputi empat aspek yaitu:

(1)  aspek pengetahuan wawasan bimbingan dan konseling  meliputi: konsep dasar, fungsi, landasan, asas dan prinsip bimbingan dan konseling;

(2)  aspek bidang bimbingan yakni: bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar  karier, kehidupan keluarga dan kehidupan keberagamaan.

(3) aspek layanan meliputi: layanan informasi, orientasi, penempatan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan mediasi

(4) kegiatan pendukung yaitu: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah , alih tangan kasus dan tampilan kepustakaan.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Mugiarso, Heru,dkk.2010.BIMBINGAN DAN KONSELING.Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang

 

SUMBER DARI INTERNET

http://nurbowobksmp15yogya.wordpress.com/pola-17-plus-bimbingan-dan-konseling/

POLA 17 PLUS | »Sefrian’s Blog™ http://sefrian92.blogspot.com/2011/02/pola-17-plus.html#ixzz29dYLyRnD

 

ASAS DALAM BK

 

ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING

  1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
  2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
  3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran
  4. pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
  5. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
  6. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.
  7. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
  8. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
  9. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
  10. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
  11. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
  12. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.

 

LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

  1. Landasan Filosofis

Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti cinta dan sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan. Sikun pribadi mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna hidup manusia dialam semesta ini”.

Filsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :

  • Setiap manusia harus mengambil keputusan atau tindakan,
  • Keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri
  • Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan
  • Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu berubah.

Dengan berfilsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau cakrawala pemikiran yang luas sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat John J. Pietrofesa et. al. (1980) mengemukakan pendapat James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan sebagai berikut:

a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu dan hak-haknya untuk mendapat bantuannya.

b. Bimbingan merupakan proses yang berkeseimbangan

c. Bimbingan harus Respek terhadap hak-hak klien

d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental

e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya

f. Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yang bersifat individualisasi dan sosialisasi

 

  1. Landasan Religius

Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:

a. Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan

b. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama

c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu

Landasan Religius berkenaan dengan :

  1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan

Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.

  1. Sikap Keberagamaan

Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.

  1. Peranan Agama

Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :

a. Memelihara fitrah

b. Memelihara jiwa

c. Memelihara akal

d. Memelihara keturunan

 

  1. Landasan Psikologis

Landasan prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi

Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:

  1. Motif dan motivasi
  2. Pembawaan dasar dan lingkungan
  3. Perkembangan individu
  4. Belajar, balikan dan penguatan
  5. Kepribadian

konsep dasar analisis varians

Konsep Dasar Analisis Varians

       Analisis varians digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata k sampel  bila datanya berbentuk interval atau ratio. Satu sampel dalam k kejadian/pengukuran berarti sampel tersebut berpasangan, model before-after. Satu sampel diberi perlakuan sampe 5 kali, ini berarti sudah 5 sampel berpasangan. Sedangkan k sampel dalam satu kejadian berarti sampel independent. ( 5 sampel diberi satu kali perlakuan , adalah merupakan 5 sampel independent).

Trdapat beberapa analisis varians , yaitu :

  1. Analisis Varians Klasifikasi Tunggal ( Single Classification)
  2. Analisis Varians Klasifikasi Ganda ( Multiple Classification)

        Analisis Varians Klasifikasi Tunggal, yang sering juga disebut anova satu jalan digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata k sampel , bila pada setiap sampel hanya terdiri atas satu kategori, sedangkan Anova Klasifikasi Ganda / dua jalan digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata k sampel bila pada setiap sampel terdiri atas dua atau lebih kategori.

Contoh:

       Bila ingin menguji hipotesis ada tidaknya perbedaan secara signifikan antara penghasilan pegawai negeri, petani, pedagang, dan nelayan maka digunakan  Anova satu jalan, tetapi bila akan menguji hipotesis ada tidaknya perbedaan secara signifikan antara penghasilan pegawai negeri, petani, pedagang, dan nelayan berdasarkan jenis kelamin ( pria/wanita) maka digunakan anova dua jalan.

       Untuk mempermudah pemahaman tentang dua jenis anova tersebut, maka dapat dilihat melalui dua model tabel ringkasan anova.

Contoh data yang dianalisis dengan anova satu jalan :

Data Sampel I

Data Sampel II

Data Sampel III

4

8

9

3

7

7

5

6

4

Contoh data yang dianalisis dengan anova dua jalan :

Kategori

Data Sampel I

Data Sampel II

Data Sampel III

Data Sampel IV

Kategori I

( Pria )

6

7

9

5

6

9

7

5

4

9

7

6

Kategori II

( Wanita )

6

5

4

5

4

3

8

5

3

5

4

3

 

 

makalah PAI

 

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“KORUPSI DIPANDANG DARI KACAMATA ISLAM”

Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Umum agama Islam

Dosen Pengampu : Muchlisin Awawi

 

 

Di susun oleh :

NUR RETNO

1301412020

Rombel 93

 

 

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013/2014

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Assalamualaikum wr.wb

 

Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “KORUPSI DIPANDANG DARI KACAMATA ISLAM”. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah umum Agama Islam. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi  penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah.

Wassalamualaikum wr.wb

 

 

                                                                                    Semarang,16 Mei 2013

 

 

                                                                       

                                                                                                            Penulis

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………….iii

BAB I

PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………1

A.Latar Belakang ………………………………………………………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………………………..3

C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………………………………4

BAB II

PEMBAHASAN

A.Ayat dan Hadist yang melarang perbuatan korupsi……………………………………………………….5

B. Larangan bagi pejabat untuk menerima hadiah…………………………………………9

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………….11

makalah PAI

 

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“KORUPSI DIPANDANG DARI KACAMATA ISLAM”

Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Umum agama Islam

Dosen Pengampu : Muchlisin Awawi

 

 

Di susun oleh :

NUR RETNO

1301412020

Rombel 93

 

 

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013/2014

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Assalamualaikum wr.wb

 

Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “KORUPSI DIPANDANG DARI KACAMATA ISLAM”. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah umum Agama Islam. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi  penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah.

Wassalamualaikum wr.wb

 

 

                                                                                    Semarang,16 Mei 2013

 

 

                                                                       

                                                                                                            Penulis

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………….iii

BAB I

PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………1

A.Latar Belakang ………………………………………………………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………………………..3

C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………………………………4

BAB II

PEMBAHASAN

A.Ayat dan Hadist yang melarang perbuatan korupsi……………………………………………………….5

B. Larangan bagi pejabat untuk menerima hadiah…………………………………………9

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………….11

tri krumboltz

 

TEORI KRUMBOLTZ

  1. KARAKTERISTIK TEORI
  • Teori krumboltz menganggap penting pribadi dan lingkungan sebagai factor penentu keputusan orang tentang karir.
  • kepribadian dan orang lain itu, lebih merupakan hasil belajar ketimbang pembawaan.
  • Ada 4 faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir seseorang yaitu factor genetic , factor lingkungan, factor belajar, dan ketrampilan menghadapi tugas/masalah.

 

  1. PENGARUH LINGKUNGAN
  • Teori krumboltz sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan yang berupa kesempatan kerja, kesempatan pendidikan dan pelatihan, kebijakan dan prosedur seleksi, imbalan, pasar kerja, lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar , sumber keluarga.
  • factor –factor itu umumnya  ada diluar kendali individu, tetapi pengaruhnya bisa direncanakan atau tadak bisa direncanakan.
  • pribadi dan lingkungan  berinteraksi dan interaksi ini menimbulkan pandangan diri orang yang bersangkutan dan ini selanjutnya mempengaruhi.
  1. WAWASAN YANG DIPEROLEH   KONSELOR
  • dengan mempelajari  teori pengambilan keputusan karir konselor dapat mengenali kondisi-kondisi lingkungan dan peristiwa yang memberikan pengalaman belajar kepada seseorang untuk menyusun rencana karir .

 

makalah sistem pendidikan SD

 

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN DI SD BILINGUAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pendidikan SD

Dosen Pengampu : Kusnarto Kurniawan, S.Pd, M.Pd, Kons.

                                               

Oleh :

  1. Nur Retno Ningsih                           1301412020

                              Rombel 3

 

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. A.      Latar Belakang

Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishman 1975:73). Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2). Telah diketahui bahwa secara harfiah kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Pengertian Bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) adalah mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa.

 Contoh Bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain definisi dari KBBS, terdapat beberapa pendapat mengenai definisi tentang kedwibahasaan oleh para pakar ahlinya. Beberapa prinsip yang terdapat dalam pembelajaran bilingual di sekolah-sekolah. Proses pembelajaran di kelas secara formal dengan sistem bilingual akan memberikan beberapa dampak positif utamanya dalam penggunaan bahasa Inggris di luar kelas. Pengaruh-pengaruh tersebut berkaitan dengan variasi penggunaan bahasa yang digunakan oleh pembelajar di luar kelas, gaya bahasa yang digunakan oleh pembelajar dalam menulis kartu ucapan ataupun sms, dan juga pengaruhnya terhadap permainan, yaitu permainan bahasa. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di luar kelas tersebut sangat erat kaitannya dengan system bilingual yang diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Karena dengan pembiasaan di dalam kelas, maka hal tersebut akan memberikan pengaruh yang besar di luar kelas.

 

 

 

  1. B.       Rumusan Masalah
    1. 1.      Mengetahui konsep dasar  Bilingualisme atau Dwibahasaan
    2. 2.      Mengetahui definisi bilingualisme
    3. 3.      Mengetahui Pembagian bilingualisme
    4. 4.      Mengetahui Prinsip –prinsip bilingualisme
    5. 5.      Mengetahui Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Dasar
    6. 6.      Mengetahui Pengaruh Pembelajaran di Kelas terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua

 

  1. C.      Tujuan
    1. 1.      Agar mahasiswa Mengetahui konsep dasar  Bilingualisme atau Dwibahasaan
    2. 2.      Agar mahasiswa Mengetahui definisi bilingualisme
    3. 3.      Agar mahasiswa Mengetahui Pembagian bilingualisme
    4. 4.      Agar mahasiswa Mengetahui Prinsip –prinsip bilingualisme
    5. Agar mahasiswa Mengetahui Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Dasar
    6. 6.      Agar mahasiswa Mengetahui Pengaruh Pembelajaran di Kelas terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR BILINGUAL

Konsep Dasar Bilingualisme atau Dwibahasaan

  1. 1.      Arti Kedwibahasaan

Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishman 1975:73).

Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2).

Orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan). Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasawanan). Selain istilah bilingualisme dengan segala jabarannya ada juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga keanekabahasaan) yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

  1. 2.      Definisi bilingualism/kedwibahasaan

Telah diketahui bahwa secara harfiah kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Pengertian Bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) adalah mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa. Contoh Bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain definisi dari KBBS, terdapat beberapa pendapat mengenai definisi tentang kedwibahasaan oleh para pakar ahlinya. Menurut para pakar kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut :

  1. Robert Lado (1964-214)

Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya oleh seseorang.

  1. MacKey (1956:155)

Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the alternative use of two or more languages by the same individual). Perluasan pendapat ini dikemukakan dengan adanya tingkatan kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

  1. Hartman dan Stork (1972:27)

Kedwibahasaan adalah pemakain dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.

  1. Bloomfield (1958:56)

Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur. Merumuskan kedwibahasaan sebagai penguasaan yang sama baiknya atas dua bahasa atau native like control of two languages. Penguasaan dua bahasa dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.

  1. Haugen (1968:10)

Kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa. Jika diuraikan secara lebih umum maka pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat. Mengemukakan kedwibahasaan dengan tahu dua bahasa (knowledge of two languages), cukup mengetahui dua bahasa secara pasif atau understanding without speaking.

  1. Oksaar

Berpendapat bahwa kedwibahasaan bukan hanya milik individu, namun harus diperlakukan sebagai milik kelompok, sehingga memungkinkan adanya masyarakat dwibahasawan. Hal ini terlihat di Belgia menetapkan bahasa Belanda dan Perencis sebagai bahasa negara, Finlandia dengan bahasa Find dan bahasa Swedia. Di Montreal Kanada, bahasa Inggris dan Perancis dipakai secara bergantian oleh warganya, sehingga warga montreal dianggap sebagai masyarakat dwibahasawan murni.

Jadi dapat diambil kesimpulan dari definisi-definisi diatas bahwa kedwibahasaan berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih oleh seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara bergantian. Pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat.

Pembelajaran bilingual, seperti tercermin pada istilahnya, adalah semacam pembelajaran dimana dua bahasa digunakan secara kombinasi. Dalam pembelajaran bilingual umumnya digunakan kombinasi bahasa ibu dan bahasa lain selain bahasa ibu. Tujuan pembelajaran bilingual adalah utamanya memberikan bekal ketrampilan berbahasa kepada siswa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa selain bahasa ibu, di samping membelajarkan isi melalui keterampilan berbahasa tersebut.

  1. 3.      Pembagian Kedwibahasaan

Adapun beberapa jenis pembagian kedwibahasaan berdasarkan tipologi kedwibahasaan, yaitu :

  1. Kedwibahasaan Majemuk (compound bilingualism)

Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik dari pada kemampuan berbahasa bahasa yang lain. Kedwibahasaan ini didasarkan pada kaitan antara B1 dengan B2 yang dikuasai oleh dwibahasawan. Kedua bahasa dikuasai oleh dwibahasawan tetapi berdiri sendiri-dendiri.

  1. Kedwibahasaan Koordinatif / sejajar.

Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baik oleh seorang individu. Kedwibahasaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1 dan B2. Orang yang sama mahirnya dalam dua bahasa.

  1. Kedwibahasaan Sub-ordinatif (kompleks)

Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukkan B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan situasi yang dihadapi B1. Adalah sekelompok kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu bahasa yang besar sehinga masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat kehilangan B1-nya.

  1. 4.        Prinsip-prinsip Bilingual Teaching

Beberapa prinsip yang terdapat dalam pembelajaran bilingual di sekolah-sekolah adalah sebagai berikut :

  1. Penggunaan bilingual dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sehingga dapat berkomunikasi dengan menggunakan dua bahasa yang dipelajari atau bahasa yang biasa digunakan oleh orang dilingkungannya.
  2. Penggunaan bilingual membantu seseorang mengenal budaya asing, karena setiap bahasa berjalan dengan sistem perilaku dan budaya yang berbeda. Dengan mengenal bahasa, seseorang dapat mengenal budaya dari bahasa tersebut, juga menumbuhkan sikap toleransi terhadap orang lain yang memiliki budaya berbeda.
  3. Penggunaan bilingual mengembangkan kemampuan berpikir seseorang menjadi kreatif dan memiliki dua atau lebih kata-kata untuk setiap obyek dan ide, juga membuat seseorang lebih hati-hati dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda bahasa.
  4. Penggunaan bilingual dapat menumbuhkan dan menaikkan rasa percaya diri pada seseorang, karena dengan menguasai dua bahasa seseorang lebih berani untuk berkomunikasi dan tetap merasa aman dalam lingkungan yang menggunakan duabahasa yang dipahami olehnya.
  5. Penggunaan bilingual akan memudahkan seseorang mempelajari bahasa yang ketiga, ketika orang itu sudah menguasai dua bahasa.
  1. 5.        Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Dasar

Anak merupakan pribadi yang unik dan menarik. Mereka memiliki sisi-sisi perkembangan emosi, intelektual, dan linguistik yang sangat luar biasa. Perkembangan tersebut terus tumbuh dengan pesatnya ketika usia balita, karena pada masa-masa ini sebenarnya otak anak sudah tumbuh 80% dari otak orang dewasa. Oleh karena itu mereka butuh perlakuan khusus karena sisi emosional dan psikologis mereka tidaklah sama dengan orang dewasa. Perbedaan sisi emosional dan juga psikologis inilah yang juga membedakannya dalam proses pembelajaran. Sehingga tidaklah bijak bagi orang tua dan guru memperlakukan anak-anak sama dengan memperlakukan orang dewasa ketika proses belajar, sebab anak-anak memiliki karakteristik yang berbeda.

Demikian juga dalam pembelajaran bahasa (khususnya bahasa kedua), anak-anak perlu mendapatkan perlakuan khusus. Artinya dari sisi kurikulum, materi ajar, dan juga metode yang digunakan harus berorientasi pada kondisi emosional dan psikologis anak. Orang tua dan juga guru di sekolah seyogianya memperhatikan metode-metode pembelajaran bahasa pada anak secara menyeluruh dengan memerhatikan berbagai aspek tersebut, Sehingga anak-anak merasa nyaman dan senang dalam belajar bahasa. “Senang” dan “nyaman” merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran bahasa untuk anak. Jadi dalam proses pembelajaran tersebut anak haruslah merasa senang dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru maupun orang tua, dan kunci kesenangan tersebut terletak pada metode ajar yang digunakan oleh guru dan orang tua. Sebab dengan kondisi belajar yang menyenangkan, secara otomatis anak-anak akan merasa nyaman dalam proses pembelajaran bahasa.

Dengan demikian, guru maupun orang tua perlu untuk memberikan situasi dan kondisi yang menyenangkan dan senyaman mungkin ketika proses pembelajaran. Kondisi dan situasi yang menyenangkan bisa diciptakan melalui penataan ruang dan juga alat-alat peraga, serta metode yang digunakan. Oleh karena itu persiapan sebelum mengajar bagi guru sangat penting, karena hal ini akan memberikan guidline atau rel dalam proses pembelajaran bahasa kedua.

Saat ini pembelajaran bahasa kedua, terutama bahasa Inggris sudah tumbuh dan berkembang seiring dengan era global dan perdagangan bebas. Jika tahun 1990-an, bahasa Inggris masih merupakan sesuatu yang eksklusif, maka saat ini bahasa Inggris menjadi sebuah keniscayaan dan kebutuhan. Dewasa ini bahasa Inggris sudah mulai diajarkan sejak Taman Kanak-kanak, bahkan ada yang sudah berusaha mengenalkannya semenjak usia dini yaitu pada Kelompok Bermain atau play group. Meskipun demikian, ternyata dalam proses pembelajarannya masih banyak kekurangan dan kendala yang dihadapi oleh guru-guru di lapangan ketika mereka berusaha mengenalkannya.

Anak-anak usia dini, khususnya yang berusia sampai umur sembilan atau sepuluh tahun, memiliki karakter yang khusus, yang berbeda dengan anak-anak usia di atasnya. Oleh sebab itu guru-guru perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

  1. Mereka cenderung belajar secara tidak langsung. Mereka lebih menyukai belajar dari lingkungan sekitar, daripada harus fokus pada topik yang diajarkan di kelas, oleh karena itu lingkungan belajar harus mendukung proses pembelajaran bahasa Inggris.
  2. Mereka memahami sebuah materi bukan semata-mata dari penjelasan yang diberikan oleh gurunya, tetapi dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Karena itu alat peraga sangat diperlukan untuk mendorong proses pemahaman mereka.
  3. Umumnya mereka memiliki semangat yang luar biasa dalam mengenal hal-hal yang baru dan juga memiliki rasa keingintahuan yang besar. Guru yang baik harus mampu melayani rasa antusias dan keingintahuan murid-murid dengan baik, melalui seperangkat kegiatan.
  4. Mereka membutuhkan perhatian secara individu dan juga pendekatan secara personal. Oleh sebab itu, guru harus mengenal karakter murid-muridnya dengan baik.
  5. Mereka biasanya menyukai topik yang berkaitan dengan dunia mereka. Guru harus meresponnya dengan memberikan topik yang sesuai dengan alam kehidupan mereka, misalnya cerita bergambar.
  6. Mereka gampang bosan, rata-rata konsentrasinya hanya sekitar 10 menit. Sehingga guru harus mengubah teknik pengajaran setiap 10 menit.
  7. Mereka mampu memahami makna kata, meskipun mereka tidak mengerti terjemahannya.

Oleh sebab itu kegiatan-kegitan yang sesuai untuk mereka, antara lain adalah menemukan sesuatu (finding something), kegiatan yang imajinatif, puzzle, membuat sesuatu, menggambar, mewarnai, games yang melibatkan gerakan fisik, dan juga lagu-lagu berbahasa Inggris.

Bahasa Inggris sebagai media pembelajaran juga digunakan sebagai media komunikasi secara aktif bisa terlaksana, karena beberapa faktor berikut: (1) situasi yang terbentuk di kelas grammar merupakan situasi kelas yang menyenangkan, karena pengajar menciptakan situasi yang menyenangkan mungkin melalui lagu-lagu, dengan mengajak para pembelajar bernyanyi bersama (2) pengajar yang berkualitas, factor ini merupakan elemen yang penting karena pengajar yang kreatif dan berkualitas akan mampu menciptakan kegiatan yang menyenangkan dan komunikasi yang efektif dalam bahasa kedua, dalam hal ini bahasa Inggris.

  1. 6.        Pengaruh Pembelajaran di Kelas terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua

Proses pembelajaran di kelas secara formal dengan sistem bilingual akan memberikan beberapa dampak positif utamanya dalam penggunaan bahasa Inggris di luar kelas. Pengaruh-pengaruh tersebut berkaitan dengan variasi penggunaan bahasa yang digunakan oleh pembelajar di luar kelas, gaya bahasa yang digunakan oleh pembelajar dalam menulis kartu ucapan ataupun sms, dan juga pengaruhnya terhadap permainan, yaitu permainan bahasa. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di luar kelas tersebut sangat erat kaitannya dengan system bilingual yang diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Karena dengan pembiasaan di dalam kelas, maka hal tersebut akan memberikan pengaruh yang besar di luar kelas.

  1. 1.      Variasi Penggunaan Bahasa

Variasi penggunaan bahasa ini tentunya, adalah adanya penggunaan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Inggris, atau penggunaan bahasa Inggris yang terkadang beralih kode ke dalam bahasa Indonesia. Contoh dialog berikut adalah penggunaan bahasa Inggris yang diselingi dengan aksen bahasa Indonesia dan juga diselipkan kosa kata khas bahasa Indonesia saat seorang pembelajar memberikan ucapan ulang tahun kepada temannya pada waktu jam istirahat di kelas.

Pembelajar 1 : Sis, happy birthday, ya?

Pembelajar 2 : Thank you, ya

Dalam dialog di atas terlihat jelas pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Sebab kedua pembelajar menyelipkan kata “ya”. Kata ini bukan kata dalam bahasa Inggris, tetapi merupakan pengaruh yang sangat kuat dari bahasa Indonesia. Biasanya kata “ya” di belakang kalimat seperti penggunaan dalam dialog di atas bertujuan untuk menghaluskan , bersikap sopan, atau pun mengungkapkan rasa simpati kepada lawan bicaranya. Selain pengaruh dalam kosa kata, variasi antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia pada pembelajar juga terjadi pada pola-pola struktur kalimatnya. Dialog di bawah ini memperlihatkan kuatnya pengaruh struktur bahasa Indonesia pada kalimat yang berbahasa Inggris.

Pembelajar 1: Ki, you perfect, how many?

Pembelajar 2: four

Pembelajar 1: I am three

Dialog di atas menunjukkan pengaruh struktur kalimat bahasa Indonesia, sebab dalam pola kalimat bahasa Inggris yang benar, kata tanya ada di depan kemudian disusun dengan kata kerja dan objek. Kalimat tanya pada dialog di atas tidak menggunakan pola kata tanya dan kata kerja secara benar. Namun demikian hal tersebut bisa dimaklumi karena merupakan proses pembelajaran bilingual untuk anak. Sebab dengan modal keberanian menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, maka akan mempercepat proses penguasaan bahasa Inggris itu sendiri.

  1. 2.      Gaya bahasa pembelajar

Gaya bahasa (language style) bisa dibagi menjadi tiga yaitu variasi Fonetik. Variasi ini berkaitan dengan cara-cara yang berbeda dan berlainan saat mengucapkan kosa kata bahasa Inggris. Kedua adalah variasi leksis, yaitu variasi penggunaan kosa kata, misalnya, bahasa American-Slang. Sedangkan variasi yang ketiga adalah variasi sintaksis. Variasi ini berkaitan dengan variasi dalam struktur dan grammatika. Di SD Anak Saleh Sidoarjo, gaya bahasa yang ada adalah gaya bahasa yang berkaitan dengan variasi leksis, yaitu yang berkaitan dengan kosa kata.

Penggunaan gaya bahasa pembelajar ini terjadi ketika mereka diminta untuk membuat kartu ucapan Hari Raya Idhul Fitri, atau pun ketika mereka mengirim SMS kepada teman mereka. Daftar kata-kata di bawah ini merupakan contoh gaya bahasa yang sering kali digunakan oleh para pembelajar untuk berkomunikasi melalui SMS dan juga membuat kartu ucapan kepada temannya dalam rangka Idhul Fitri ataupun ucapan ulang tahun.

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

KESIMPULAN        :

Tujuan pembelajaran bilingual adalah utamanya memberikan bekal ketrampilan berbahasa kepada siswa yang yang mencakup ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa selain bahasa ibu, di samping membelajarkan isi melalui ketrampilan berbahasa tersebut.

            Pembelajaran bilingual, seperti tercemin pada istilahnya adalah semacam pembelajaran dimana dua bahasa digunakan secara kombinasi. Dalam pembelajaran bilingual umumnya digunakan kombinasi bahasa ibu dan bahasa lain selain bahasa ibu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosialinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Harts, Imron Wakhid. 2010. Model Pengajaran Bilingual pada Anak Usia Dini. Bangkalan : Universitas Trunojoyo

Ohoiwutun, Paul. 2004. Sosialinguistik Memahami Bahasa Dalam Konteks Masyarakat dan kebudayaan. Jakarta: Kesaint Blanc.

 

http://foraagustina.wordpress.com/2008/04/10/perkembangan-kognitif-anak/

http://fatchulfkip.wordpress.com/2008/10/08/kedwibahasaan/

http://anaksastra.blogspot.com/2009/03/kedwibahasaan-dan-diglosia/

http://sutimbang.blog.friendster.com/2008/10/kedwibahasaan/

http://karunia-kurniawan.blogspot.com/2011/03/bilingual-teaching.html